Minggu, 30 Juni 2013

Mencari surat Nabi Muhammad kepada para Kepala Negara ( Raja/Kaisar ).



Hari ini saya mengajukan sebuah pertanyaan di Yahoo answers  , dengan judul pertanyaan: Mencari surat Nabi Muhammad kepada para Kepala Negara ( Raja/Kaisar ). dan sudah dapat kode htmlnya yaitu: http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20130630195547AAvjEdE
dan  isi pertanyaan itu lengkapnya adalah seperti berikut ini:
"Siapa diantara kalian yang mengetahui surat Nabi Muhammad di masa lalu yang untuk para Kepala Negara yang memakai Titel Raja atau Kaisar, yang mengatakan bahwa: 
"beliau ( Nabi Muhammad ) adalah Nabi terakhir atau kepala Negara atau semacam itu".
Sebelum dan sesudahnya kepada yang mau menambah berkat dengan memberikan jawaban saya ucapkan terima kasih dan bintang 5, dan untuk yang tidak sempat memberikan jawaban di Yahoo answers, silahkan memberikan jawaban di http://beritahalifatullah.blogspot.com/2013/06/mencari-surat-nabi-muhammad-kepada-para.html atau di https://www.facebook.com/syamsudin.nabi.
Dan kepada yang mau menambah berkat dan bintang 5 di Yahoo answers, dengan memberikan jawaban saya ucapkan terima kasih , dan untuk yang tidak sempat memberikan jawaban di Yahoo answers, silahkan memberikan jawaban di link komentar blog ini atau di https://www.facebook.com/syamsudin.nabi.


pertanyaan saya yang di Yahoo answer sudah di tutup oleh peraturan dari pemilik Yahoo group, dan sudah dapat jawaban. dan inilah jawaban itu:
Buka disini aja gan, lengkap kok http://www.voa-islam.com/islamia/tsaqofah/2011/12/25/17183/suratsurat-rasulullah-ajak-penguasa-rajaraja-kafir-masuk-islam/
  • 5 hari lalu
Tapi karena dan online dan adanya gangguan online lain saya belum sempat memberikan penilaian atau bintang 5 yang saya janjikan kepada jawaban itu, jdi kepada yang memberikan jawaban saya minta maaf, tapi percalah berkat dari Tuhan pasti sudah kamu peroleh, tinggal bagaimana kamu bisa atau mau atau tidak membuat berkat itu jadi abadi dan bertambah.

( Sorry masih belum di edit )

Sabtu, 22 Juni 2013

Habieb Rizieq dan Indonesia

Dari sebuah website yang terkenal juga saya dapat berita yang di posting oleh member yang memakai user name Asadun Damin dengan berita seperti ini:
Asadun Damin berbagi foto Budi Santoso.
31 Mei pukul 14:05 ·
tuan guru Qu yang termulia
Habib Rizieq: "Indonesia bukan Negara Demokrasi"

JAKARTA (Arrahmah.com) - Benarkah Indonesia Negara Demokrasi? Pertanyaan itu dilontarkan Ketua Umum Front Pembela Islam (FPI) Habib Muhammad Rizieq Syihab dalam acara bertajuk NKRI Bersyariah, di Jakarta, Jumat (22/2/2013).
Secara singkat Habib Rizieq menguraikan, bahwa ketika perdebatan tentang Dasar Negara sebelum kemerdekaan diproklamirkan, Muhammad Yamin, Soepomo dan Soekarno mengajukan usulannya.
Pada tanggal 29 Mei 1945 dalam sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) Muhammad Yamin mengusulkan Lima Dasar Negara tanpa menggunakan istilah Pancasila. Lima Dasar Negara usulan M. Yamin adalah: 1. Peri Kebangsaan, 2. Peri Kemanusiaan, 3. Peri Ketuhanan, 4. Peri Kerakyatan, 5. Kesejahteraan Sosial.
Pada sidang terakhir BPUPKI 1 Juni 1945 Soekarno mengajukan Lima Dasar: 1. Kebangsaan Indonesia, 2. Internasionalisme atau Peri Kemanusiaan, 3. Mufakat atau Demokrasi, 4. Keadilan Sosial, 5. Ketuhanan.
“Baik usulan Soepomo, Yamin maupun ‘Pancasilanya Soekarno’, itu tidak pernah menjadi kesepakatan maupun keputusan BPUPKI,” kata Habib Rizieq.
Kata Habib Rizieq, sidang berjalan alot. BPUPKI terbelah antara kelompok sekuler dengan kelompok Islam. Kelompok Islam sudah tentu menginginkan Negara berdasarkan Islam, dan ditentang kelompok sekuler.
Akhirnya sidang membentuk Panitia Sembilan. “Ada empat ulama dalam Panitia Sembilan ini, yaitu KH Abdul Wahid Hasyim (NU), KH Abdul Qohar Muzakkir (Muhammadiyah), KH Agus Salim dan Abikoesno Tjokrosoejoso, keduanya dari Syarikat Islam,” ujar Rizieq. Sementara golongan sekuler diwakili Soekarno, M. Hatta, M. Yamin dan Ahmad Soebardjo. Dan, kalangan Kristen diwakili A.A Maramis.
Habib Rizieq menegaskan, justru Panitia Sembilan yang berhasil menetapkan Dasar Negara yang dibingkai dalam Piagam Jakarta pada 22 Juni 1945. Lima Dasar Negara itu adalah: 1. Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya, 2. Kemanusiaan yang adil dan beradab, 3. Persatuan Indonesia, 4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, 5. Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Malah sebelumnya, bunyi sila pertama versi Piagam Jakarta itu adalah: ‘Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam’, tanpa diikuti kalimat ‘bagi pemeluk-pemeluknya’. Tetapi kemudian muncul kompromi dengan menambah kalimat ‘bagi pemeluk-pemeluknya’.
Disepakati pula saat proklamasi kemerdekaan, Piagam Jakarta ini secara resmi akan dibacakan. Tapi, kata Habib Rizieq, terjadi penelikungan. Pada 17 Agustus 1945 itu bukan Piagam Jakarta yang secara resmi dibacakan, melainkan secara dadakan Soekarno membuat teks proklamasi dengan singkat lewat tulisan tangan. Teks proklamasi dadakan dan singkat inilah yang dibacakan untuk proklamasi kemerdekaan sebagaimana dikenal sampai sekarang.
Parahnya lagi, pada keesokan harinya, 18 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) bersidang, dan terjadilah terjadi pengkhianatan. Tanpa melibatkan wakil-wakil Islam sebagaimana dalam sidang BPUPKI sebelumnya, terjadilah pencoretan tujuh kata dalam sila pertama yang berbunyi: ‘kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya’.
Dalih bahwa kalangan Kristen Indonesia Timur akan menarik diri dari NKRI jika Piagam Jakarta dideklarasikan seperti disampaikan Hatta yang, katanya, mendapat informasi dari opsir Jepang, menurut sejarawan dan budayawan Ridwan Saidi, itu dusta belaka. Tak ada faktanya.
Tanpa melibatkan wakil-wakil islam dalam pengesahan Dasar Negara Pancasila yang berbeda dengan Piagam Jakarta, sesungguhnya siding PPKI 18 Agustus 1945 itu tidak sah. Jadi, sebenarnya sampai sekarang jika umat Islam menegakkan syariat Islam di republik ini adalah sah. Yang berlawanan atau menentang, justru masuk kategori subversif.
Toh, meskipun demikian, kata Habib Rizieq, sila pertama yang diganti (tanpa melibatkan wakil-wakil Islam) menjadi ‘Ketuhanan Yang Maha Esa”, itu pun jelas maksudnya Allah Subhanahu Wata’ala. Sebab, Tuhan Yang Esa itu hanya ada dalam Islam. Ditambah lagi ditegaskan dalam Muqaddimah UUD 1945 pada alenia ketiga: “Atas berkat rahmat Allah yang Maha Kuasa”, ini jelas merujuk kepada Islam.
Dengan pengkhianatan ini, sesungguhnya sidang PPKI yang tak melibatkan wakil-wakil Islam yang sudah menyepakati Piagam Jakarta bersama kelompok sekuler dan satu orang wakil dari golongan Kristen, adalah tidak sah. Dasar Negara yang sah adalah yang disepakati dan ditandatangani pada 22 Juni 1945 yang terdapat dalam Piagam Jakarta.
“Historisnya, Pancasilanya Soekarno ditolak. Yang disepakati adalah Dasar Negara yang terdapat dalam Piagam Jakarta,” ungkap Habib Rizieq.
Lantas, kata Habib Rizieq, bagaimana ceritanya ujuk-ujuk Indonesia disebut sebagai Negara Demokrasi? Pancasila yang dijadikan sebagai Dasar Negara (lewat pengkhianatan) itu tidak menyebut republik ini sebagai sebagai Negara Demokrasi.
Tapi, lucunya, ungkap Habib Rizieq, Soekarno pernah mendeklarasikan Demokrasi Liberal dan Demokrasi terpimpin untuk tujuan melindungi Komunisme. Sementara Soeharto mendeklare Demokrasi Pancasila untuk melindungi Kebatinan.
Da, sekarang, yang katanya era ‘reformasi’ lebih kebablasan lagi. Jadi, jangankan untuk “bertaubat” mengembalikan syariat Islam sesuai kesepakatan dalam Piagam Jakarta, Pancasila sendiri diselewengkan dengan menyelenggarakan pemilihan langsung (presiden dan kepala daerah)–yang mengeluarkan banyak uang, sehingga pada nekat korupsi mencari uang haram agar terpilih dalam “pesta demokrasi”, yang kalau sudah terpilih muncul lagi aksi untuk mengembalikan modal plus keuntungannya, sehingga jadilah demokrasi melahirkan para koruptor!
Habib Rizieq menceritakan, ia pernah mendapat kunjungan dari beberapa jenderal membahas soal ini. Menurut para jenderal itu, Indonesia adalah Negara Demokrasi. Lalu, ujar Habib Rizieq, tidak ada kata-kata atau kalimat dalam Pancasila atau UUD 45 yang menunjukkan Indonesia sebagai Negara Demokrasi.
“Ada,” jawab para jenderal itu, “Dalam Pancasila sila ke-4, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan itu maksudnya adalah demokrasi.”
“Itu Musyawarah. Musyawarah itu berbeda dengan Demokrasi,” kata Habib Rizieq kepada para jenderal itu. Kemudian Habib Rizieq menguraikan beda Musyawarah dengan Demokrasi.
Akhirnya, cerita Habib Rizieq, jenderal-jenderal itu mengangguk bahwa Indonesia bukan Negara Demokrasi, melainkan, semestinya disebut Negara Musyawarah.
Celakanya lagi, kata Habib Rizieq, jika Soekarno mendeklare Demokrasi Liberal dan Demokrasi Terpimpin dan Soeharto memaksakan istilah Demokrasi Pancasila, eh di era “reformasi” kian parah. Ada liberalisasi Pancasila. Pancasila diliberalkan.
Sebut misalnya, pemilihan presiden langsung atau kepala daerah yang dipilih langsung, itu justru bertentangan dengan sila keempat Pancasila yang menganut asas musyawarah untuk mufakat.
Dalam konteks ini, menurut Habib Rizieq, ada unsure kesengajaan dengan mengorupsi terminologi (istilah). Kelompok sekuler menafsirkan seenaknya, sehingga kata Musyawarah ditafsirkan sebagai Demokrasi.
Dalam hal ini, Habib Rizieq menambahkan, termasuk, misalnya, penggunaan istilah parlemen, itu juga untuk mengaburkan kata Musyawarah dan Perwakilan. “Jangan sebut parlemen, tapi DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) dan MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat),” tegasnya.
Ini bermula dari pengkhianatan terhadap islam dan kaum Muslimin yang berkuah darah bermandikan keringat dalam merebut kemerdekaan republik ini.
Umat Islam sebagai pemegang saham mayoritas negeri ini adalah yang berhak menetapkan Dasar Negara dan mengisi pembangunan republik dengan landasan syariat islam.
Jika ada pihak yang mengatakan, ini bukan Negara Islam, kalau ente mau menegakkan syariat Islam di Negara ini, dan tidak suka dengan kondisi Indonesia sekarang, ‘silakan keluar’, maka, kata Habib Rizieq, justru sebaliknya, merekalah yang harus keluar.
Sebab, penetapan Dasar Negara Indonesia yang dibingkai dalam Piagam Jakarta itulah yang sah, karena disepakati dan ditandatangani oleh para pendiri bangsa ini, tapi terjadi penelikungan dan pengkhianatan pada 18 Agustus 1945, sehari setelah proklamasi kemerdekaan—dimana teks proklamasi yang semestinya adalah pembacaan Piagam Jakarta secara resmi oleh Soekarno, bukan teks proklamasi dadakan hasil dari tulisan tangan presiden pertama RI itu.
Bahkan, tak hanya menyepakati Dasar Negara dalam bingkai Piagam Jakarta, umat Islamlah yang bermandikan darah bercucuran keringat untuk merebut dan memerdekakan republik ini. Jadi, masuk akal jika kaum Muslimin adalah yang paling berhak mengatur negeri ini. Ini historis. Jangan mengingkari sejarah! Ini negeri Islam. Jadi, kata Habib Rizieq, umat Islam harus mengisi negeri ini dengan syariat Islam, bukan malah minggir apalagi keluar dari NKRI.
Jadi, apapun ceritanya, mengungkap historis perjalanan bangsa dan Negara ini, lebih dari itu, Indonesia sebenarnya adalah Negara yang berdasarkan Islam, setidaknya bagi pemeluk-pemeluknya diwajibkan menjalankan dan menegakkan syariat Islam di persada ini. Yang protes dan menghalangi, jutsru menentang kesepakatan ditandatanganinya perumusan Dasar Negara dalam Piagam Jakarta!
Kalaupun tak mengacu pada Piagam Jakarta, Negara ini berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, yakni Allah Subhanahu Wata’ala. Sebab, Tuhan Yang Maha Esa itu adalah Allah. Ditambah lagi dalam Muqaddimah UUD 1945 ditegaskan, republik ini merdeka “Atas Berkat Rahmat Allah…”
Bahkan, imbuh Habib Rizieq, dalam batang tubuh UUD 45 pasal 29 ayat 1 dipertegas lagi, “Negara berdasar Atas Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Jadi, kata Habib Rizieq, sungguh sangat sah jika Indonesia berada dalam NKRI Bersyariah—Negara Kesatuan yang melaksanakan dan menegakkan syariat Islam. Negara yang berlandaskan Islam, menjalankan syariat Islam, setidaknya bagi para pemeluknya—dan bukan Negara Pancasila, apalagi Negara Demokrasi.
 (saifalbattar/salam-online.com/arrahmah.com)
Habib Rizieq: "Indonesia bukan Negara Demokrasi"

JAKARTA (Arrahmah.com) - Benarkah Indonesia Negara Demokrasi? Pertanyaan itu dilontarkan Ketua Umum Front Pembela Islam (FPI) Habib Muhammad Rizieq Syihab dalam acara bertajuk NKRI Bersyariah, di Jakarta, Jumat (22/2/2013).
Secara singkat Habib Rizieq menguraikan, bahwa ketika perdebatan tentang Dasar Negara sebelum kemerdekaan diproklamirkan, Muhammad Yamin, Soepomo dan Soekarno mengajukan usulannya.
Pada tanggal 29 Mei 1945 dalam sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) Muhammad Yamin mengusulkan Lima Dasar Negara tanpa menggunakan istilah Pancasila. Lima Dasar Negara usulan M. Yamin adalah: 1. Peri Kebangsaan, 2. Peri Kemanusiaan, 3. Peri Ketuhanan, 4. Peri Kerakyatan, 5. Kesejahteraan Sosial.
Pada sidang terakhir BPUPKI 1 Juni 1945 Soekarno mengajukan Lima Dasar: 1. Kebangsaan Indonesia, 2. Internasionalisme atau Peri Kemanusiaan, 3. Mufakat atau Demokrasi, 4. Keadilan Sosial, 5. Ketuhanan.
“Baik usulan Soepomo, Yamin maupun ‘Pancasilanya Soekarno’, itu tidak pernah menjadi kesepakatan maupun keputusan BPUPKI,” kata Habib Rizieq.
Kata Habib Rizieq, sidang berjalan alot. BPUPKI terbelah antara kelompok sekuler dengan kelompok Islam. Kelompok Islam sudah tentu menginginkan Negara berdasarkan Islam, dan ditentang kelompok sekuler.
Akhirnya sidang membentuk Panitia Sembilan. “Ada empat ulama dalam Panitia Sembilan ini, yaitu KH Abdul Wahid Hasyim (NU), KH Abdul Qohar Muzakkir (Muhammadiyah), KH Agus Salim dan Abikoesno Tjokrosoejoso, keduanya dari Syarikat Islam,” ujar Rizieq. Sementara golongan sekuler diwakili Soekarno, M. Hatta, M. Yamin dan Ahmad Soebardjo. Dan, kalangan Kristen diwakili A.A Maramis.
Habib Rizieq menegaskan, justru Panitia Sembilan yang berhasil menetapkan Dasar Negara yang dibingkai dalam Piagam Jakarta pada 22 Juni 1945. Lima Dasar Negara itu adalah: 1. Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya, 2. Kemanusiaan yang adil dan beradab, 3. Persatuan Indonesia, 4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, 5. Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Malah sebelumnya, bunyi sila pertama versi Piagam Jakarta itu adalah: ‘Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam’, tanpa diikuti kalimat ‘bagi pemeluk-pemeluknya’. Tetapi kemudian muncul kompromi dengan menambah kalimat ‘bagi pemeluk-pemeluknya’.
Disepakati pula saat proklamasi kemerdekaan, Piagam Jakarta ini secara resmi akan dibacakan. Tapi, kata Habib Rizieq, terjadi penelikungan. Pada 17 Agustus 1945 itu bukan Piagam Jakarta yang secara resmi dibacakan, melainkan secara dadakan Soekarno membuat teks proklamasi dengan singkat lewat tulisan tangan. Teks proklamasi dadakan dan singkat inilah yang dibacakan untuk proklamasi kemerdekaan sebagaimana dikenal sampai sekarang.
Parahnya lagi, pada keesokan harinya, 18 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) bersidang, dan terjadilah terjadi pengkhianatan. Tanpa melibatkan wakil-wakil Islam sebagaimana dalam sidang BPUPKI sebelumnya, terjadilah pencoretan tujuh kata dalam sila pertama yang berbunyi: ‘kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya’.
Dalih bahwa kalangan Kristen Indonesia Timur akan menarik diri dari NKRI jika Piagam Jakarta dideklarasikan seperti disampaikan Hatta yang, katanya, mendapat informasi dari opsir Jepang, menurut sejarawan dan budayawan Ridwan Saidi, itu dusta belaka. Tak ada faktanya.
Tanpa melibatkan wakil-wakil islam dalam pengesahan Dasar Negara Pancasila yang berbeda dengan Piagam Jakarta, sesungguhnya siding PPKI 18 Agustus 1945 itu tidak sah. Jadi, sebenarnya sampai sekarang jika umat Islam menegakkan syariat Islam di republik ini adalah sah. Yang berlawanan atau menentang, justru masuk kategori subversif.
Toh, meskipun demikian, kata Habib Rizieq, sila pertama yang diganti (tanpa melibatkan wakil-wakil Islam) menjadi ‘Ketuhanan Yang Maha Esa”, itu pun jelas maksudnya Allah Subhanahu Wata’ala. Sebab, Tuhan Yang Esa itu hanya ada dalam Islam. Ditambah lagi ditegaskan dalam Muqaddimah UUD 1945 pada alenia ketiga: “Atas berkat rahmat Allah yang Maha Kuasa”, ini jelas merujuk kepada Islam.
Dengan pengkhianatan ini, sesungguhnya sidang PPKI yang tak melibatkan wakil-wakil Islam yang sudah menyepakati Piagam Jakarta bersama kelompok sekuler dan satu orang wakil dari golongan Kristen, adalah tidak sah. Dasar Negara yang sah adalah yang disepakati dan ditandatangani pada 22 Juni 1945 yang terdapat dalam Piagam Jakarta.
“Historisnya, Pancasilanya Soekarno ditolak. Yang disepakati adalah Dasar Negara yang terdapat dalam Piagam Jakarta,” ungkap Habib Rizieq.
Lantas, kata Habib Rizieq, bagaimana ceritanya ujuk-ujuk Indonesia disebut sebagai Negara Demokrasi? Pancasila yang dijadikan sebagai Dasar Negara (lewat pengkhianatan) itu tidak menyebut republik ini sebagai sebagai Negara Demokrasi.
Tapi, lucunya, ungkap Habib Rizieq, Soekarno pernah mendeklarasikan Demokrasi Liberal dan Demokrasi terpimpin untuk tujuan melindungi Komunisme. Sementara Soeharto mendeklare Demokrasi Pancasila untuk melindungi Kebatinan.
Da, sekarang, yang katanya era ‘reformasi’ lebih kebablasan lagi. Jadi, jangankan untuk “bertaubat” mengembalikan syariat Islam sesuai kesepakatan dalam Piagam Jakarta, Pancasila sendiri diselewengkan dengan menyelenggarakan pemilihan langsung (presiden dan kepala daerah)–yang mengeluarkan banyak uang, sehingga pada nekat korupsi mencari uang haram agar terpilih dalam “pesta demokrasi”, yang kalau sudah terpilih muncul lagi aksi untuk mengembalikan modal plus keuntungannya, sehingga jadilah demokrasi melahirkan para koruptor!
Habib Rizieq menceritakan, ia pernah mendapat kunjungan dari beberapa jenderal membahas soal ini. Menurut para jenderal itu, Indonesia adalah Negara Demokrasi. Lalu, ujar Habib Rizieq, tidak ada kata-kata atau kalimat dalam Pancasila atau UUD 45 yang menunjukkan Indonesia sebagai Negara Demokrasi.
“Ada,” jawab para jenderal itu, “Dalam Pancasila sila ke-4, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan itu maksudnya adalah demokrasi.”
“Itu Musyawarah. Musyawarah itu berbeda dengan Demokrasi,” kata Habib Rizieq kepada para jenderal itu. Kemudian Habib Rizieq menguraikan beda Musyawarah dengan Demokrasi.
Akhirnya, cerita Habib Rizieq, jenderal-jenderal itu mengangguk bahwa Indonesia bukan Negara Demokrasi, melainkan, semestinya disebut Negara Musyawarah.
Celakanya lagi, kata Habib Rizieq, jika Soekarno mendeklare Demokrasi Liberal dan Demokrasi Terpimpin dan Soeharto memaksakan istilah Demokrasi Pancasila, eh di era “reformasi” kian parah. Ada liberalisasi Pancasila. Pancasila diliberalkan.
Sebut misalnya, pemilihan presiden langsung atau kepala daerah yang dipilih langsung, itu justru bertentangan dengan sila keempat Pancasila yang menganut asas musyawarah untuk mufakat.
Dalam konteks ini, menurut Habib Rizieq, ada unsure kesengajaan dengan mengorupsi terminologi (istilah). Kelompok sekuler menafsirkan seenaknya, sehingga kata Musyawarah ditafsirkan sebagai Demokrasi.
Dalam hal ini, Habib Rizieq menambahkan, termasuk, misalnya, penggunaan istilah parlemen, itu juga untuk mengaburkan kata Musyawarah dan Perwakilan. “Jangan sebut parlemen, tapi DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) dan MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat),” tegasnya.
Ini bermula dari pengkhianatan terhadap islam dan kaum Muslimin yang berkuah darah bermandikan keringat dalam merebut kemerdekaan republik ini.
Umat Islam sebagai pemegang saham mayoritas negeri ini adalah yang berhak menetapkan Dasar Negara dan mengisi pembangunan republik dengan landasan syariat islam.
Jika ada pihak yang mengatakan, ini bukan Negara Islam, kalau ente mau menegakkan syariat Islam di Negara ini, dan tidak suka dengan kondisi Indonesia sekarang, ‘silakan keluar’, maka, kata Habib Rizieq, justru sebaliknya, merekalah yang harus keluar.
Sebab, penetapan Dasar Negara Indonesia yang dibingkai dalam Piagam Jakarta itulah yang sah, karena disepakati dan ditandatangani oleh para pendiri bangsa ini, tapi terjadi penelikungan dan pengkhianatan pada 18 Agustus 1945, sehari setelah proklamasi kemerdekaan—dimana teks proklamasi yang semestinya adalah pembacaan Piagam Jakarta secara resmi oleh Soekarno, bukan teks proklamasi dadakan hasil dari tulisan tangan presiden pertama RI itu.
Bahkan, tak hanya menyepakati Dasar Negara dalam bingkai Piagam Jakarta, umat Islamlah yang bermandikan darah bercucuran keringat untuk merebut dan memerdekakan republik ini. Jadi, masuk akal jika kaum Muslimin adalah yang paling berhak mengatur negeri ini. Ini historis. Jangan mengingkari sejarah! Ini negeri Islam. Jadi, kata Habib Rizieq, umat Islam harus mengisi negeri ini dengan syariat Islam, bukan malah minggir apalagi keluar dari NKRI.
Jadi, apapun ceritanya, mengungkap historis perjalanan bangsa dan Negara ini, lebih dari itu, Indonesia sebenarnya adalah Negara yang berdasarkan Islam, setidaknya bagi pemeluk-pemeluknya diwajibkan menjalankan dan menegakkan syariat Islam di persada ini. Yang protes dan menghalangi, jutsru menentang kesepakatan ditandatanganinya perumusan Dasar Negara dalam Piagam Jakarta!
Kalaupun tak mengacu pada Piagam Jakarta, Negara ini berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, yakni Allah Subhanahu Wata’ala. Sebab, Tuhan Yang Maha Esa itu adalah Allah. Ditambah lagi dalam Muqaddimah UUD 1945 ditegaskan, republik ini merdeka “Atas Berkat Rahmat Allah…”
Bahkan, imbuh Habib Rizieq, dalam batang tubuh UUD 45 pasal 29 ayat 1 dipertegas lagi, “Negara berdasar Atas Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Jadi, kata Habib Rizieq, sungguh sangat sah jika Indonesia berada dalam NKRI Bersyariah—Negara Kesatuan yang melaksanakan dan menegakkan syariat Islam. Negara yang berlandaskan Islam, menjalankan syariat Islam, setidaknya bagi para pemeluknya—dan bukan Negara Pancasila, apalagi Negara Demokrasi.
(saifalbattar/salam-online.com/arrahmah.com)
Dan ketika saya berikan komentar seperti ini:
  • Jika yang di maksud oleh beliau dengan syariat Islam itu termasuk menyatakan: " Nabi Muhammad adalah Nabi terakhir dan Halifatullah adalah semua orang" seperti di Iran atau Pakistan atau Islam lainnya yang bukan Ahmadiyah, maka itu Syariat Islam yang sudah di masuki ajaran sesat yang sudah menghancurkan Halifah Islam yang pernah di didrikan oleh Nabi Muhammad di Jazirah Arab dan sekitarnya di masa lalu yang pasti sangat ingin di terapkan oleh orang kafir, tolol, pengabdi atau budak atau atau tentara Iblis.
    23 jam lalu.
    Yang seharusnya saya juga menambahkan kalimat seperti ini: "Apakah  beliau juga mau meneruskan perjuangan Darul Islam dan Tentara Islam Indonesia ( DI/TII ) di Indonesia yang sudah sukses di Aceh atau Arab Saudi atau Pakistan atau Iran...?".
    Saya dapat jawaban seperti ini dari pengirim berita yang memakai user name: Asadun Damin. 
  • hai syamsudin udin gila lw orang kafir ngoceh apa lw dasar gila lw
    23 jam
    Dan saya jawab dengan kalimat seperti ini:
  • Jika yang di maksud oleh beliau dengan syariat Islam itu termasuk menyatakan: " Nabi Muhammad adalah Nabi terakhir dan Halifatullah adalah semua orang" seperti di Iran atau Pakistan atau Islam lainnya yang bukan Ahmadiyah, maka itu Syariat Islam yang sudah di masuki ajaran sesat yang sudah menghancurkan Halifah Islam yang pernah di didrikan oleh Nabi Muhammad di Jazirah Arab dan sekitarnya di masa lalu yang pasti sangat ingin di terapkan oleh orang kafir, tolol, pengabdi atau budak atau atau tentara Iblis untuk bukian hanya merampok Jabatan Halifah yang di janjikan oleh Tuhan kepada saya dan keturunan saya atau keluarga saya yang terpilih ( sesuai Islam Mulkullah ), tapi juga yang ingin merampok Tahta dan kekuasaan Tuhan asli sambil melenyapkan Negara Tuhan seperti yang pernah di kerjakan oleh Namrudz Arab, Fir'aun Mesir, Kaisar Romawi juga Islam apa saja yang bukan Ahmadiyah Lahore dan bukan Islam Mulkullah, seperti kalian.

Kamis, 13 Juni 2013

BETULKAH MEREKA UMAT ISLAM DAN DI BIKIN SUSAH SAMA IBLIS2 ?.

Suatu hari, di sebuah website saya melihat rekaman gambar dan tertulis yang di posting oleh User yang memakai nama: Asadun Damin, dan potret seperti ini yang rekaman gambar tertulisnya    seperti berikut ini:
MEREKA UMAT ISLAM DI BIKIN SUSAH SAMA IBLIS2
Foto
  • Di Indonesia Iblis memang masih sangat berkuasa
    25 Mei pukul 16:18 ·
    Lalu di jawab oleh beliau ( Asadun Damin ) seperti ini:
  •  Btul sekali, berarti anda setuju dong jika kami bangkit untuk memberantas iblis-iblis
    27 Mei pukul 8:57 · 
    Lalu ketika saya jawab seperti ini:
  • Maaf, bangkit untuk bersatu demi perdamaian dan kemanusiaan, saya bukan hanya setuju tapi mau bergabung dan membantu, tapi jika bangkit memberantas Iblis dengan menyiarkan ajaran Islam yang menyatakan Nabi terakhir adalah Nabi Muhammad, saya tidak setuju.
    27 Mei pukul 9:43 · 
    Lalu di jawab oleh beliau ( Asadun Damin ) dengan pertanyaan seperti ini:
  • emg anda umat apa
    27 Mei pukul 9:46 ·
    Lalu ketika saya jawab seperti ini: 
  • Islam, tapi ingat Islam saya hampir sama dengan Islam Ahmadiyah Lahore, Percaya bahwa Nabi terakhir bukan Nabi Muhammad anak Abdullah bangsa Arab suku Qurasy itu, Jadi saya tidak bisa bergabung dengan Islam yang menyatakan Nabi terakhir adalah Nabi Muhammad.
    27 Mei pukul 17:28 ·
    Lalu di jawab oleh beliau ( Asadun Damin ) dengan kalap dan galak dengan jawaban yang sudah saya duga akan di berikan oleh orang yang biasa mengaku Islam ummat Nabi Muhammad jika mereka mendengar jawaban atau pernyataan seperti yang saya ajukan. Dan lengkapnya jawaban dari beliau ( Asadun Damin ) seperti ini:
  • pantas lw org sesat dan menyesatkan lw yahudi grombolan iblis Latnatulloh lw bukan islam lw itu non islam lw lebih baik bikin agama sendiri aja deh sono jangan ngaku2 bahwa lw itu beragama islam karna islam itu sudah ada pemimpin dunya akherat nabi'yulloh muhamad sollullohualaihiwasalam nabi pemimpin dunya akherat
    28 Mei pukul 12:09 ·  
    Lalu ketika saya jawab seperti ini: 
  • Doktrin pengucilan dan pecah belah juga adu domba di kalangan Islam yang terencana dan sudah berabad-abad lamanya di sosialisakan oleh budak dan tentara Iblis dengan merasa berhak mengatur nama atau ibadah agama orang...
    28 Mei pukul 15:42 ·  
    Lalu di jawab oleh beliau ( Asadun Damin ) dengan kalap dan galak, suatu ciri khas yang di Indonesia biasa di kerjakan oleh orang yang suka sesumbar: "jika Indonesia mau maju, maka harus galak dan bertangan besi sesuai KETEGASAN MILITER hasil didikan Soekarno proklamator dan presiden pertama Republik Indonesia", Atau bukan mustahil Tentara Darul Islam atau Tentara Islam Indonesia ( DI/TII ) di Indonesia , dan jawaban beliau seperti ini: 
  • iblis berkata bahwa ini lah sudah saatnya nene moyang kake moyang di keluarkan untuk memecah belah umat dan ini sudah terbukti syamsudin udin gila telah sesat dan menyesatkan untuk menghancurkan umat islam yang di bawa junjungan nabi agung nabi besar MUHAMAD SOLULLOHU ALLAIHI WASALAM
    29 Mei pukul 6:19 ·  
     Lalu ketika saya jawab seperti ini:
  • Islam yang mana?, Islam yang sudah ditambah ajaran sesat dari Iblis yang menyatakan Nabi Muhammad Nabi terakhir dan Nabi Adam adalah Halifatullah ( Mesias ) yang di janjikan oleh Tuhan?, Islam yang seperti itu memang patut di hancurkan.
    29 Mei pukul 9:03 ·  
    Lalu di jawab oleh beliau ( Asadun Damin ) dengan kalap dan galak seperti ini: 
  • Asadun Damin mangkanya lw itu bukan orang islam tapi iblis yang menyaruh manusia strezzzz hahahahahaaaaa
    30 Mei pukul 8:50 · 
    Lalu ketika saya jawab seperti ini:
  • Saya rasa kamu bukan hanya kena pengaruh orang kafir dan tolol propokator yang sudah sukses menghancurkan kehalifahan Islam yang pernah di dirikan oleh Nabi Muhammad di masa lalu, tapi kamu sudah jadi propokator penghancur Halifah Islam juga dengan ikut menyebar ajaran sesat yang menyatakan: "Nabi Muhammad adalah Nabi terakhir dan Halifatullah adalah Nabi Adam", dengan berbagai cara, yang di Indonesia biasa disebut sebagai "ketegasan Militer hasil di dikan Soekarno proklamator dan presiden pertama Republik Indonesia"
    Dan bahkan tampaknya juga kamu termasuk juga orang yang punya doktrin:"hanya kami yang boleh berbuat apa saja", misalnya dari mulai hanya sekedar " seperti anjing mengorek sampah, ya, seperti anjing ngorek brandkas negara kaya ngorek sampah, yang di Indonesia seperti pelaku dan penyuruh kasus BLBI, sampai membunuh orang seperti kasus trisakti tanpa boleh di hukum".
    Intinya melawan kekerasan dengan kekerasan seakan-akan manusia keledai dungu yang harus selalu di dera supaya patuh.
    Tapi saya pribadi belum mengetahui apakah kekuatan kamu itu sama dengan Namrudz Arab atau Fir'aun Mesir atau Kaisar Romawi atau Amerika Serikat atau China atau India atau Uni soviet, hanya Tuhan yang tau pasti.
    31 Mei pukul 11:13 · 
    Lalu di jawab oleh beliau ( Asadun Damin ) dengan kalap dan galak seperti ini: 
  • hay gw tanya siapa nama lengkap lw anjing dan di mana tempat tingal lw tai
    31 Mei pukul 13:47 ·  
    Lalu ketika saya jawab seperti ini:
  •   Mau ngapain, ketahuilah ada ustad yang mau membahas masalah pengakuan saya sebagai Nabi asli dengan baik-baik saja saya belum tanggapi, apa lagi ( maaf ) orang yang jelas temperamental seperti kamu, ( maaf ) saya sibuk kerja mempersatukan manusia untuk membangun pemerintahan Negara Tuhan ( Mulkullah ) yang oleh kaum salibis biasa di sebut kerajaan Surga atau kerajaan Tuhan, diantara bangsa Amerika Serikat, China, India, Inggris dan mantan Uni Soviet, yang di Indonesia sudah terbukti TIDAK BISA, terutama akibat serangan terror dari orang orang yang seperti kamu... (maaf)...
    Sabtu pukul 9:23 ·
    Lalu di jawab oleh beliau ( Asadun Damin ) dengan kalap dan galak seperti ini: 
  • lw itu emang iblis nyata koh anjing lw yahudi kafir bukan org islam lw tai lw di bayar berapa lw sama org2 kafir sehingga lw berani mengkafirkan diri lw sendiri lw bego HALAL darah lw gw tumpahkan. anjing lw mau mengkafirkan org lain waaaahhh, lw bidab lw
    Sabtu pukul 16:35 ·  
    Lalu ketika saya jawab seperti ini:
  • Orang yang tidak satu iman atau tidak satu jiwa dengan kamu pasti akan mengatakan hal yang sama kepada kamu... apa tanggapan kamu jika menghadapi kasus itu?.
    23 jam yang lalu ·  
    Lalu di jawab oleh beliau ( Asadun Damin ) dengan kalap dan galak seperti ini: 
  • si anjing masih bertahan atas ke'iblisanya waaaaah,,, gax bisa di biarkan ini.,
    23 jam yang lalu ·  
    Lalu ketika saya jawab seperti ini:
     
    Mau bertindak apa?, bertindak seperti Namrudz Arab kepada Nabi Ibrohim atau seperti Fir'aun kepada Nabi Musa, atau seperti Kaisar Romawi kepada Nabi Isa, atau seperti kaum majusi dan kaisar Romawi kepada Nabi Muhammad, membungkam kebenaran asli dari Tuhan dengan kekerasan, yang di Indonesia biasa di sebut sebagai ketegasan militer hasil di didikan Soekarno Proklamator dan presiden pertama Indonesia?, itu artinya anda tak jauh beda dengan orang kamu maki sebagai Iblis dalam kasus ini.
    ( Sorry masih belum di edit )

Minggu, 02 Juni 2013

Siapa yang harus di salahkan?.

Dari sebuah website saya menerima rekaman berita dalam bentuk tulisan dan gambar yang cukup dahsyat, dan bahkan mengerikan dan inilah gambar itu.
Sebagai manusia juga, saya merasa ngeri dan sedih melihat gambar itu, siapapun yang jadi korban itu, walaupun para korban itu adalah kelompok manusia yang secara politik atau agama tidak satu iman dan bahkan tidak satu jiwa dengan saya, suatu peristiwa yang sebenarnya bisa di cegah. 
 Saya hanya bisa mengeluh apakah semua masalah harus di atasi dengan kekerasan, seakan-akan manusia itu tuli atau seperti kerbau dungu yang harus di cambuk dan di dera supaya patuh.
( Sorry masih belum di edit )